Di sebuah kedai di pinggir pasar, tiga orang pemuda nampak sedang menikmati makananya
"Aku yang akan memimpin perjalanan ini ? " Kata pemuda yang berbadan gempal yang bernama Eko, sambil melahap makananya
"Kenapa?? " Tanya teman yang duduk disebelahnya, yang bernama Suyono
"Iya kenapa?? " Pemuda yang duduk di depannya yang bernama Sutadi, ikut menimpali,
"Karena aku yg paling di percaya kakang Putut" Jawab Eko "di setiap kesempatan Kang Putut selalu menyuruhku "
kata Eko lagi,
Mendengar itu Suyono dan Sutadi ketawa kemudian mereka berkata
"Kang Putut menyuruhmu itu karena engkau yang paling nganggur dari pada kami"
Mendengar itu Eko hanya memboyongkan bibirnya dan kemudian berkata
"ah kalian hanya Iri aja padaku"
Kembali terdengar tertawa Suyono dan Sutadi
"Baiklah-baiklah jika engkau ingin jadi pemimpin di perjalanan ini,Baiklah,kami akan menganggapmu sebagai pemimpin, dan untuk tugas pertama kali Sebagai seorang pemimpin,adalah membayari makan kami"
kata Suyono dan kembali Suyono dan Sutadi tertawa
Mendengar itu wajah Eko menjadi cerah kemudian dia berkata
"tenang aja di perjalanan ini semua Saya yang nanggung,kalian tak akan mengeluarkan uang sepeserpun" Mereka pun tertawa
Setelah menyelesaikan makan, dan Eko pun membayar karena telah berjanji Mereka pun keluar dari kedai itu
Mereka berjalan menuju kuda-kuda mereka, seorang lelaki paruh baya menghampiri mereka
"makannya sudah Den ?"
"sudah Paman"jawab Sutadi
" Kalau boleh tau aden-aden ini mau kemana? "Tanya laki-laki paruh baya itu sambil membungkuk hormat.
" Kami mau ke kota raja paman, mencarikan jodoh buat kawan kami ini " Jawab Suyono sambil menepuk pundak Eko
"Iya paman, sukur-sukur bila nanti ada putri yang mau sama teman kami ini" Timpal Sutadi di iringi derai tawa mereka berdua,
Mendengar kelakar dua sahabatnya Eko pun menimpali
"Iya paman, terlalu lama di padepokan nanti saya akan menganggap kera-kera yang bergelantungan di pohon itu cantik, paman"
Tawa mereka bertiga semakin keras,
Mendengar kelakar tiga pemuda itu, paman itu ikutan tersenyum, dan kemudian berkata
"Silahkan, silahkan den kuda-kuda aden udah pada kenyang, paman sudah kasih makan dan minum tadi"
"Trima kasih paman" Jawab Eko sambil memberikan beberapa uang kepeng ke laki-laki itu,
Mereka bertiga kemudian melompat ke punggung kuda mereka masing-masing, kuda-kuda mereka berjalan pelan keluar regol kedai itu menuju jalan padukuhan yang lebar
Sementara laki-laki setengah baya itu berdiri di depan regol kedai itu sambil melambaikan tangan
"Selamat jalan den, semoga bertemu dengan putri-putri yang cantik di kota raja" Triaknya
Ketika pemuda itu hanya ketawa sambil mempercepat laju kudanya,
Pagi itu sangat cerah, awan hanya beberapa potong yang mengambang di langit, sementara matahari bersinar dengan terangnya.
Daun-daun bergoyang anggun di belai angin yang berembus,
Kuda mereka bertiga berlari dengan tenang menuju ke barat, jauh di depan mereka membentang hutan yang sangat lebat seperti raksasa yang sedang tidur, hutan itu di namai hutan boyowono, hutan yang terkenal sangat angker, bukan hanya angker dengan dedemitnya namun di dalam hutan tersebut bersarang segerombolan begal yang di pimpin seseorang yang bernama Surodigdoyo.
"Kita akan melewati pinggiran hutan boyowono, apakah kita akan mengenakan tanda kebesaran Perguruan kita apa tidak?? " Tanya sutadi kepada suyono.
"Coba kamu tanya pada Eko" Jawab suyono singkat.
Eko yang mendengar Pertayaan Sutadi itu memperlambat kudanya di iringi kedua temennya. Kemudian kuda mereka berjajar tiga berjalan beriringan,
"Kalau menurutmu gimana Yon?? " Tanya eko kepada suyono
"Aku menurut aja, kau kan pimpinannya?, kalau harus bertarung dengan begal-begal itu ya gak papa" Jawab suyono
Eko berpikir sejenak, kemudian dia berkata
"Kita pakai aja tanda kebesaran Perguruan kita, aku tak mau bajuku kusut dan kotor, saat bertemu putri-putri di kota raja nanti"
Mereka bertiga pun ketawa mendengar perkataan Eko, kemudian mereka bertiga serentak mengambil kain putih panjang yang kedua ujungnya berwarna emas,
Mereka bertiga mengalungkan kain itu di leher mereka, kain itu berkibar kibar saat kuda mereka berlari, ujung kain yang berwarna emas itu bergemerlapan memantulkan sinar matahari,
Sementara itu sepuluh pasangan mata mengawasi mereka dari semak-semak dalam hutan.
"Hemm mereka dari Perguruan lereng wilis" Kata seorang yang udah beruban semua rambut nya namun badannya masih kokoh, dan merupakan orang tertentu di kelompok itu.
"Apa kita hadang sekarang paman? "
Tanya pemuda di sampingnya, pemuda yang bertubuh gempal, tinggi, besar.
"Kita tak akan mampu mengalahkan mereka" Kata orang tertua di kelompok itu.
"Ah... Paman terlalu melebih-lebihkan, kita memiliki jumlah tiga kali lipat dari mereka"
Kata pemuda bertubuh gempal itu
"Kalau kamu ingin mencobanya silahkan, Gento, nanti kalau kau jadi bangkai di tengah jalan itu, aku tinggal menceritakan kebodohanmu pada kakang suro digdoyo"
Kata orang tertentu di kelompok itu kepada pemuda gempal itu yang ternyata bernama Gento.
"Paman akan melihat kemampuan ku, jangankan cuma tiga orang, nanti kalau udah waktunya aku obrak-abrik Perguruan lereng wilis itu" Kata Gento sambil menimang pedangnya yang besar dan mengkilap itu.
Tanpa menunggu jawaban lagi Gento dan delapan temannya telah keluar dari persembunyian nya, dengan tenang mereka bersembilan menuju ke tengah jalan yang akan di lewati tiga orang pemuda berkuda itu,
Sementara itu, tiga pemuda berkuda itu juga telah melihat segerombolan orang keluar dari semak-semak lalu berdiri berjajar menghadang di tengah jalan dengan senjata pedang di tangan mereka masing-masing.
"Gila, teryata setan hutan boyowono tak akan membiarkan kita lewat dengan tenang" Umpat suyono yang di tanggapi senyum tipis sutadi.
Ketika jarak mereka sudah tak begitu jauh mereka bertiga memelankan laju kudanya, dan akhirnya berhenti di jarak tiga depa di hadapan para penghadang tersebut.
"Mau apa kalian, heh!! " Tanya eko yang masih duduk di atas kudanya
"Hahaha, kalian tinggalkan kuda dan perbekalan kalian di sini, lalu silahkan kalian melanjutkan perjalanan kalian"
Jawab Gento sambil mengacungkan acungkan pedangnya.
"Kalian tidak tau siapa kami, hah!!! "
Tanya Eko lagi dengan nada agak garang
"Kami tau, kalian adalah murid-murid dari Perguruan lereng wilis " Jawab Gento singkat
"Dan kalian masih berani menghadang kami,, hah!! " Wajah Eko mulai memerah menahan amarahnya.
"Kami tidak peduli!!,, siapa pun yang melewati daerah kami, harus tunduk pada kami" Bentak Gento
"Setan alas!! " Eko tak dapat lagi menahan amarahnya, dia segera melompat turun dari kudanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar